Kata cinta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan
wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat dalam. Namun dalam
konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih.
Cinta adalah salah
satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia. Ia menjadi tenaga penggerak hati
dan jiwa yang akan menghasilkan sikap, perbuatan dan perilaku. Cinta bisa
seperti yang terurai dalam sebait sajak dari film laris indonesia, Ketika Cinta
Bertasbih:
***********************************************
Cinta adalah kekuatan
yg mampu
mengubah duri jadi
mawar
mengubah cuka jadi
anggur
mengubah sedih jadi
riang
mengubah amarah jadi
ramah
mengubah musibah jadi
muhibah.
******************************************************
Namun demikian, cinta
pun bisa menghasilkan perubahan yang sebaliknya: mengubah mawar menjadi duri,
dan seterusnya. Hal yang demikian bisa terjadi karena cinta bersemayam di dalam
hati yang bersifat labil. Seperti sabda Rasulullah saw. hati itu bersifat
gampang terbolak-balik bagaikan bulu yang terombang-ambing oleh angin yang
berputar-putar. Sebagaimana amal-amal dan perilaku kita yang senantiasa
bersumber dari niat dan motivasi di dalam hati, maka cinta pun bisa mewujud
dengan dasar niat yang beraneka rupa. Ada cinta yang tulus, penuh kerelaan.
Namun ada pula cinta yang penuh duri dan racun. Ada cinta yang merupakan buah
keimanan dan ketaqwaan. Namun ada pula cinta yang berlandaskan nafsu hina.
Bagi seorang muslim
dan beriman, cnta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada Allah. Bentuk
cinta dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang dan waktu dan
kepada siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari kecintaan kita
kepada Allah dan karena menggapai ridha-Nya.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. (Al-Baqarah: 165)
Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)
“Tali iman yang
paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At
Tirmidzi)
Kata-kata mutiara tentang cinta
Agar cinta tidak menjerumuskan kita ke dalam lubang
kehinaan, ada baiknya kita mengambil hikmah dari sumber-sumber islam dan
perkataan para ulama berikut ini.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri
manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma
tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,
tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong
dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang
subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang
tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.
Hamka
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan
kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan
kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
Hamka
Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut)
Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak
mengingatnya.
Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar
(cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang
melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang
yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha
atau murka terhadapnya.
Salman al Farisi (Az Zuhd, Imam Ahmad)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit
untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati
apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk
memasukinya.
Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan
jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi
kekasihmu.
Ali bin Abi Thalib
Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku
cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu
tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang
mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.
A’idh Al-Qorni