Selasa, 10 Januari 2012

Getar Cinta



Aku berpapasan dengannya tiba-tiba
Aku pun terhenyak tak tahu apa harus dikata
Dan kulihat, tiba-tiba kehadirannya
Bergetar kakiku tak kuasa menahannya

Bait-bait sang penyair mengungkap tanda-tanda (ayat-ayat) keajaiban cinta. Dari sentuhan dan pancaran gejolak jiwa, mengalir melewati sumsum tulang dan aliran darah manusia , menembus hingga menghidupkan harapan asa, menggetarkan pada mulanya. Lalu, menyadarkannya menjadi cinta yang berarah dan bertema. Inilah diantara tanda-tandanya cinta yang ditulis dengan penuh cinta dan makna oleh maestro kedalaman karya-karyanya; Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah dalam Raudhatul Muhibbin-nya, Taman Orang-Orang (yang) Jatuh Cinta. Syairnya memang terasa bermakna, karena berbalut cinta dalam bab-bab indah penuh pesona. Dalam uraian-uraian tentang apa itu tanda-tandanya cinta. Dan, ia menulisnya, bahwa diantara gejalanya bersemayam cinta adalah bergetarlah hatinya, kagetlah batinnya, bergoncang (bahkan) bercucuran keringatnya tatkala ia berhadapan dengan yang dicintainya. Atau ketika mendengar namanya.

Ada memang kejadian dalam hidup ini yang membuat kita terhenyak. Dalam tatapan kasat mata ia tak nampak lalu ada, di hadapan kita. Katakanlah ia adalah manusia. Yang kita menaruh hati padanya. Menoreh cinta padanya. Cinta manusia. Sebagaimana kata sang penyair:
Ada yang menyebut namanya di Mina
Lalu dahan-dahan hatiku gemetar tak tahu sebabnya
Pada malam yang sepi kembali namanya disebutkan
Seakan dari hatiku ada burung yang terbang …

Ketika cinta bersemi dalam jiwa. Untuk kekasih sebab ada setetes kesempunaan dari anugerah Yang Maha Sempuna. Mungkin karena ia jelita, pintar, sabar atau saleha. Mungkin karena ketaatannya, keteguhannya, kejujurannya atau kesederhanaannya. Mungkin karena pelik cerita hidupnya, rumit romantikanya, liku-liku perjalanannya. Sehingga tumbuh bersemi shobaabah (simpati), suka, care (perhatian) karena semua sebutan-sebutan itu untuk mewakili amanah dari kata cinta. Atau sang pecinta karena ia telah memiliki gunung-gunung yang di dalamnya ada magma cinta. 

Yang setiap saat memuntahkan letupan-letupan lahar yang (kelak) menyuburkan tanah gersang nan tandus menjadi subur makmur. Ia telah merdeka secara kejiwaan. Sudah keluar dari persoalan-persoalan dirinya, untuk kemudian memimpikan, meng-angankan, menginginkan orang lain –siapapun- senantiasa baik karenanya dan bahagia. Pekerjaannya adalah memberi energi kepada orang lain agar kekasihnya itu senantiasa dalam kebajikan dan kebahagiaan.

Gemetar jiwa itu karena ada yang telah berwujud dalam jiwanya. Wujudnya hanya sebagai rasa bukan benda. Rasa yang telah diawali dalam jiwanya ada pengagungan, ada pengokohan eksistensi, ada pengakuan perannya maka timbullah dominasi-dominasi yang menguasai jiwanya meruntuhkan hatinya sampai-sampai kekuatannya jauh lebih kuat dari kekuasaan raja terhadap rakyatnya. Gemetar itu menunjukkan ketundukan, hatinya telah ditaklukkan oleh kharisma sosok yang dicintainya. Hati yang telah ditakukkan oleh kharisma kekasih tak mampu membuat penerimaannya menjadi sempurna. Menjadi tidak siap hingga akhirnya bergetar, berkeringat dan bergoncang dan sesudah itu ia menikmati rasa cintanya dengan penyempurnaan pengabdian dan pengagungan.

Ada banyak cerita-cerita anak manusia dalam pergumulan cinta dalam hatinya. Manusiawi agaknya, suami bergetar hatinya mendengar nama istrinya dikumandag, ibu dengan anaknya, guru dengan murid kesayangannya, rakyat dengan pemimpin idolanya, atau juga sesama kita, dalam persahabatan kita. Cerita ini takkan muncul bila awalnya tidak dari ketidaknampakan atau kesunyi sebutan namanya. Tiba-tiba muncul, sekonyong-konyong terdengar, ujug-ujug ada dihadapannya. Inilah yang melahirkan getar jiwa dan kekagetan. 

Bahkan getar jiwa dan kekagetan itu semakin meronta bila awalnya sang pecinta itu aktif bekerja dalam bentuk pencarian, perenungan dan keinginan yang membuncah untuk menemui sang kekasih. Jadi urutannya bermula dari ketidaknampakan, keterpisahan atau sunyi dalam penyebutan, lalu selanjutnya menjadi pengokohan eksistensi pengakuan terhadap peran kekasih, makin kuat hingga hatinya mencari-cari. Dan dari titik disiini. Tersebut namanya atau tiba-tiba nampak di hadapannya. Bergetar jiwa dan inilah kerjanya cinta. Ada reaksi kimiawi jiwa yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisik. Getar (karena) Cinta.

Bila penggalan sejarah peradaban manusia ke depan telah sanggup menemukan alat pengukur getar (akibat) cinta tentu kita akan bisa membuat peringkat-peringkat kekuatan cinta kita kepada kekasih. Makin banyak ‘peserta’ kekasih menunjukkan makin besar energy cintanya. Makin berbeda tingkatan derajatnya hingga (katakanlah) perbedaan itu sampai angka-angka di belakang koma makin menunjukkan kerapihan cintanya. Sebab, cinta yang tanpa berderajat, tidak ada prioritas kecintaan, tidak ada tingkatan dan tak ada kadar-kadarnya menunjukkan cinta yang kacau, gelap dan buta. Itulah sebabnya kecintaan yang buta itu akan membutakan pembuktiannya, pasti menyengsarakan. Ia berjalan dalam gelap pekatnya cinta.

Namun, sebagai rasa jiwa. Dan itu ada dalam jiwa-jiwa kita. Jiwa normal fitrah yang bisa diukur dengan alat manual. Sebatas pada kemampuan daya getar cintanya. Anda akan tahu dan bisa membuktikan apakah memang kecintaan kepada Allah menjadi kecintaan tertinggi. Derajat yang tak tertandingi?. Atau seribu satu kekasih itu diperlakukan dalam tingkatan dan komposisi derajat yang sama?.Tak ada tingkatan. Semuanya menjadi prioritas tertinggi. Semuanya menundukkan jiwa. Menguasai arah hidup?. Maka,tunggulah kehancuran dan kesengsaraannya.

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. QS. At-Taubah [9]: 24

Cinta itu membutuhkan prioritas. Memerlukan tingkatan-tingkatan. Jika anda tidak mampu membuat prioritas dan tak bisa menetapkan tingkatan-tingkatannya membuat cinta menjadi rabun dan menimbulkan kebutaan. “Dan Allah tidak memberi petunjuk (arah) kepada orang-orang fasik.”. Di ayat sebelumnya Allah mendampingkan sebutan dalam ayat ini dengan sebutan “….maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” [QS. At-Taubah [9]: 23). Dzalim atau adz-dzulum adalah kegelapan. Tidak bisa memilih dan memilah. Gelap mata. Buta. Love is blind. Cinta itu buta akhirnya.

“.. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). QS.Al-Baqarah [2]:165.

Getar cinta. Reaksi kimiawi yang mempesona. Keunikan dan inilah reaksinya cinta. Ketika ikrar cinta sudah diproklamirkan bahwa kasta cinta tertinggi hanya untuk Allah dan meletakkan kecintaan-kecintaan pada seribu satu kekasih pada tingkatan yang tidak menguasai hati, tidak menundukkan jiwa dan tidak menjajah wilayah ketaatan kita. Maka getar cinta itu akan terasa semakin dahsyat disaat kita tiba-tiba disebut kekasih tertinggi kita. Asma Allah Azza Wajalla. Kekuaran getaran kekuatannya jauh daripada getaran-getaran cinta yang lain.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfaal [8]: 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar