Aku berpapasan dengannya tiba-tiba
Aku pun terhenyak tak tahu apa harus dikata
Dan kulihat, tiba-tiba kehadirannya
Bergetar kakiku tak kuasa menahannya
Aku pun terhenyak tak tahu apa harus dikata
Dan kulihat, tiba-tiba kehadirannya
Bergetar kakiku tak kuasa menahannya
Bait-bait sang penyair mengungkap tanda-tanda (ayat-ayat)
keajaiban cinta. Dari sentuhan dan pancaran gejolak jiwa, mengalir melewati
sumsum tulang dan aliran darah manusia , menembus hingga menghidupkan harapan
asa, menggetarkan pada mulanya. Lalu, menyadarkannya menjadi cinta yang berarah
dan bertema. Inilah diantara tanda-tandanya cinta yang ditulis dengan penuh
cinta dan makna oleh maestro kedalaman karya-karyanya; Ibnul Qoyyim
al-Jauziyyah dalam Raudhatul Muhibbin-nya, Taman Orang-Orang (yang) Jatuh
Cinta. Syairnya memang terasa bermakna, karena berbalut cinta dalam bab-bab
indah penuh pesona. Dalam uraian-uraian tentang apa itu tanda-tandanya cinta.
Dan, ia menulisnya, bahwa diantara gejalanya bersemayam cinta adalah
bergetarlah hatinya, kagetlah batinnya, bergoncang (bahkan) bercucuran
keringatnya tatkala ia berhadapan dengan yang dicintainya. Atau ketika
mendengar namanya.
Ada memang kejadian dalam hidup ini yang membuat kita
terhenyak. Dalam tatapan kasat mata ia tak nampak lalu ada, di hadapan kita.
Katakanlah ia adalah manusia. Yang kita menaruh hati padanya. Menoreh cinta
padanya. Cinta manusia. Sebagaimana kata sang penyair:
Ada yang menyebut namanya di Mina
Lalu dahan-dahan hatiku gemetar tak tahu sebabnya
Pada malam yang sepi kembali namanya disebutkan
Seakan dari hatiku ada burung yang terbang …
Lalu dahan-dahan hatiku gemetar tak tahu sebabnya
Pada malam yang sepi kembali namanya disebutkan
Seakan dari hatiku ada burung yang terbang …
Ketika cinta bersemi dalam jiwa. Untuk kekasih sebab ada
setetes kesempunaan dari anugerah Yang Maha Sempuna. Mungkin karena ia jelita,
pintar, sabar atau saleha. Mungkin karena ketaatannya, keteguhannya,
kejujurannya atau kesederhanaannya. Mungkin karena pelik cerita hidupnya, rumit
romantikanya, liku-liku perjalanannya. Sehingga tumbuh bersemi shobaabah
(simpati), suka, care (perhatian) karena semua sebutan-sebutan itu untuk
mewakili amanah dari kata cinta. Atau sang pecinta karena ia telah memiliki
gunung-gunung yang di dalamnya ada magma cinta.
Yang setiap saat memuntahkan
letupan-letupan lahar yang (kelak) menyuburkan tanah gersang nan tandus menjadi
subur makmur. Ia telah merdeka secara kejiwaan. Sudah keluar dari
persoalan-persoalan dirinya, untuk kemudian memimpikan, meng-angankan,
menginginkan orang lain –siapapun- senantiasa baik karenanya dan bahagia.
Pekerjaannya adalah memberi energi kepada orang lain agar kekasihnya itu
senantiasa dalam kebajikan dan kebahagiaan.
Gemetar jiwa itu karena ada yang telah berwujud dalam
jiwanya. Wujudnya hanya sebagai rasa bukan benda. Rasa yang telah diawali dalam
jiwanya ada pengagungan, ada pengokohan eksistensi, ada pengakuan perannya maka
timbullah dominasi-dominasi yang menguasai jiwanya meruntuhkan hatinya
sampai-sampai kekuatannya jauh lebih kuat dari kekuasaan raja terhadap
rakyatnya. Gemetar itu menunjukkan ketundukan, hatinya telah ditaklukkan oleh
kharisma sosok yang dicintainya. Hati yang telah ditakukkan oleh kharisma
kekasih tak mampu membuat penerimaannya menjadi sempurna. Menjadi tidak siap
hingga akhirnya bergetar, berkeringat dan bergoncang dan sesudah itu ia
menikmati rasa cintanya dengan penyempurnaan pengabdian dan pengagungan.
Ada banyak cerita-cerita anak manusia dalam pergumulan cinta
dalam hatinya. Manusiawi agaknya, suami bergetar hatinya mendengar nama
istrinya dikumandag, ibu dengan anaknya, guru dengan murid kesayangannya,
rakyat dengan pemimpin idolanya, atau juga sesama kita, dalam persahabatan
kita. Cerita ini takkan muncul bila awalnya tidak dari ketidaknampakan atau
kesunyi sebutan namanya. Tiba-tiba muncul, sekonyong-konyong terdengar, ujug-ujug
ada dihadapannya. Inilah yang melahirkan getar jiwa dan kekagetan.
Bahkan getar
jiwa dan kekagetan itu semakin meronta bila awalnya sang pecinta itu aktif
bekerja dalam bentuk pencarian, perenungan dan keinginan yang membuncah untuk
menemui sang kekasih. Jadi urutannya bermula dari ketidaknampakan, keterpisahan
atau sunyi dalam penyebutan, lalu selanjutnya menjadi pengokohan eksistensi
pengakuan terhadap peran kekasih, makin kuat hingga hatinya mencari-cari. Dan
dari titik disiini. Tersebut namanya atau tiba-tiba nampak di hadapannya.
Bergetar jiwa dan inilah kerjanya cinta. Ada reaksi kimiawi jiwa yang
mengakibatkan perubahan-perubahan fisik. Getar (karena) Cinta.
Bila penggalan sejarah peradaban manusia ke depan telah
sanggup menemukan alat pengukur getar (akibat) cinta tentu kita akan bisa
membuat peringkat-peringkat kekuatan cinta kita kepada kekasih. Makin banyak
‘peserta’ kekasih menunjukkan makin besar energy cintanya. Makin berbeda tingkatan
derajatnya hingga (katakanlah) perbedaan itu sampai angka-angka di belakang
koma makin menunjukkan kerapihan cintanya. Sebab, cinta yang tanpa
berderajat, tidak ada prioritas kecintaan, tidak ada tingkatan dan tak ada
kadar-kadarnya menunjukkan cinta yang kacau, gelap dan buta. Itulah
sebabnya kecintaan yang buta itu akan membutakan pembuktiannya, pasti
menyengsarakan. Ia berjalan dalam gelap pekatnya cinta.
Namun, sebagai rasa jiwa. Dan itu ada dalam jiwa-jiwa kita.
Jiwa normal fitrah yang bisa diukur dengan alat manual. Sebatas pada kemampuan
daya getar cintanya. Anda akan tahu dan bisa membuktikan apakah memang
kecintaan kepada Allah menjadi kecintaan tertinggi. Derajat yang tak
tertandingi?. Atau seribu satu kekasih itu diperlakukan dalam tingkatan dan
komposisi derajat yang sama?.Tak ada tingkatan. Semuanya menjadi prioritas
tertinggi. Semuanya menundukkan jiwa. Menguasai arah hidup?. Maka,tunggulah
kehancuran dan kesengsaraannya.
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak , anak-anak ,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad
di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. QS. At-Taubah [9]: 24
Cinta itu membutuhkan prioritas. Memerlukan
tingkatan-tingkatan. Jika anda tidak mampu membuat prioritas dan tak bisa
menetapkan tingkatan-tingkatannya membuat cinta menjadi rabun dan menimbulkan
kebutaan. “Dan Allah tidak memberi petunjuk (arah) kepada orang-orang fasik.”.
Di ayat sebelumnya Allah mendampingkan sebutan dalam ayat ini dengan sebutan
“….maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” [QS. At-Taubah [9]: 23). Dzalim
atau adz-dzulum adalah kegelapan. Tidak bisa memilih dan memilah. Gelap mata.
Buta. Love is blind. Cinta itu buta akhirnya.
“.. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). QS.Al-Baqarah [2]:165.
Getar cinta. Reaksi kimiawi yang mempesona. Keunikan dan
inilah reaksinya cinta. Ketika ikrar cinta sudah diproklamirkan bahwa kasta
cinta tertinggi hanya untuk Allah dan meletakkan kecintaan-kecintaan pada
seribu satu kekasih pada tingkatan yang tidak menguasai hati, tidak menundukkan
jiwa dan tidak menjajah wilayah ketaatan kita. Maka getar cinta itu akan terasa
semakin dahsyat disaat kita tiba-tiba disebut kekasih tertinggi kita. Asma
Allah Azza Wajalla. Kekuaran getaran kekuatannya jauh daripada getaran-getaran
cinta yang lain.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfaal [8]: 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar