Aku Hanya Mampu Mencintaimu
Aku bahagia tinggal di hatimu. Mengukir lembahmu dengan
sungai yang mengalir dari telaga di mataku. Sebuah mataair untukmu, di tepinya
ada mahligai yang selalu diterangi cahaya, dari jendela-jendelanya hanya
terlihat indahnya pemandangan. Setapak jalan cinta yang naik turun di
lembah-lembah romantika. Seperti sebuah gelombang di mana kita berayun
menghabiskan masa.
Jantungku berdebar indah untukmu. Dawai-dawai yang tak
pernah kehabisan getar, berirama melantunkan
rindu. Menggema nada-nada cinta merangkai simfoni kehidupan kita. Pada gemuruh
air terjun, pada angin yang berhembus di daun-daun, pada kicauan burung-burung
dan rumpun bambu yang bersenandung. Senantiasa kita dengar musik anggun yang
menggetarkan jiwa.
Hanya kamu yang ada di hatiku, di dekapku. Sebuah perapian
yang selalu menyala dalam kobaran cinta. Kehangatan adalah menggenangi pipi
dengan airmata. Mengubahnya menjadi gerimis yang melukis pelangi di pinggir
senja. Tubuhmu adalah selimut bagi jiwaku, aku adalah api perwujudan panasmu.
Engkau adalah gunung yang indah, akulah magma yang membara.
Biarkan cahaya matahari jatuh di wajahmu. Aku bahagia
memandang keindahan alam dari jendela hatimu. Serumpun sajak cinta. Sehamparan
dunia dan masadepan yang menjulang hingga nirwana. Bukankah kuciptakan hujan
untuk menghapus debu-debu masa lalu. Bukankah kubalut langit dengan pelangi dan
kupetik setangkai mawar untukmu. Dan
sungguh, aku hanya mampu mencintaimu
===========================================================
Indahnya Kehadiranmu
Kaukah yang meminjamkan cantik pada senja, bidadari? Langit
lembayung membentang dari senyummu hingga semesta. Kauhiasi malam api cinta.
Aku tertegun dan kau anggun. Sayapsayap cinta mengepak dalam kalbu. Aku hilang
dalam unggun.
Desau angin seperti kapas jatuh perlahan seperti lembut
belaian. Kaukah yang meminjamkan tangantanganmu pada angin? Hanyut menyelusup
ke dalam dingin kabut. Sejuk menyelimut denting sendiku.
Malam beranjak. Rembulan perak. O, sorot mata yang hanya
bisa kutebak sebagai sajak. Sejuta makna menyelinap. Kaupinjamkan pada
rembulankah tatapanmu? Teduh merebak di lembah hatiku. Menandai jejak langkahku
dengan ciprat cahaya.
========================================================================
Cinta ini Hanya Berakhir di Hatimu
Pelangi berkilau di langit jauh
teduh mengambang menjalin
untai gerimis
gradasi warna adalah
selendang para bidadari
yang menarinari
digelitik angin bukit
dan kamu, yang turun ke dalam jiwaku.
Sungguh indah rahasiamu
semburat merah di
wajahmu. Cinta itu. Di senja itu
pohonpohon waru
berebut menjadi bayanganmu
lalu melukisnya di
dadaku. Untuk kudekap
agar cinta tak ke manamana dari hatimu.
Jangan lagi kaurisaukan
cinta ini hanya
berakhir di hatimu
sungai yang
mengalirkan kejernihan jiwa
melewati rimba waktu
dan padang penuh bunga
aku, yang selalu hanyut bersamamu.
========================================================================
Mencintaimu
Gerimis mencintaimu kekasih. Lembut butirbutir kasih sayang
jatuh di ceruk matamu, mengalir ke lubuk puisi. Curahan hatiku. Matahari pagi
merajut benangbenang gerimis, dan seikat pelangi jadi konde indah bagi
rambutmu.
Hujan mencintaimu kekasih. Jejakjejak kemarau dihapusnya
dari pelataran. Tak dibiarkannya bungabunga terkulai tanpa kegembiraan.
Disiramkannya airmata langit untuk membasahi lembah jiwamu.
Angin pun mencintaimu kekasih. Diterbangkannya bungabunga
dalam hembusan lirih di jendela, disematkannya semerbak wangi di tubuhmu.
Merengkuhmu, kurasakan musim bunga yang tiada akhir.
Senja mencintaimu kekasih. Hamparan keemasan seolah lukisan
nirwana. Dibelainya rambutmu dalam sentuhan jingga. Jiwa bergelora. Mengingatmu
penuh gairah. Ke dalam hatimu bangaubangau mengepakkan sayapsayap jiwaku
pulang.
Malam mencintaimu kekasih. Dinyalakannya lampulampu indah
menghiasi ruang kita bercengkerama. Bulan bulat keperakan. Bintangbintang
berkedip mengintip di kejauhan. Semua menjadi lukisan kelambu malammalam
istimewa kita.
Dan pagi mencintaimu kekasih. Adakah yang lebih membuat
bahagia dari matahari yang memeluk hangat jiwamu. Matahari yang terbit dari
lembah hatiku, selalu menyapamu dengan kecupan: aku mencintaimu kekasih.
Tercipta untuk Mencintaimu
Ketika kautatap mataku di lembaran malam
rembulan menuliskan
kisahnya dalam sejilid kalam
bintang sebagai
tandabaca, tentang kalimat cinta tanpa akhir
kau tanyakan padaku:
adakah waktu untukku
bukankah sudah
menjadi takdir
waktuku tercipta
untuk mencintaimu.
Malam demi malam kita lewati bertaburan kata
sebuah perjalanan ke
surga
percakapan tak ada
habisnya, tak ada matinya
hal-hal kecil
segalanya bermakna
kita saksikan:
setangkai rembulan tumbuh menjadi purnama
kita pun bermandi
cahaya di keheningan malam.
Lalu kaupetik butir-butir cahayanya
kaujadikan
huruf-huruf doa
kautaburkan di
pelupuk mataku dengan dua pucuk jarimu
menjelma sepucuk
surat dengan kata-kata mutiara
terangkai indah bagai
karya pujangga
lihatlah lingkar
mataku, bersinar karenanya.
Kau pun bercerita tentang jejak pengembara
menghabiskan waktu di
padang sahara dan hutan belantara
untuk cinta abadi
pada sang kekasih hati
kau bertanya padaku:
adakah waktu untukku
bukankah sudah
menjadi prasasti
kau tercipta untuk
waktuku.
=========================================================================
Tanpa Kamu
Tanpa kamu di depanku
tatapan mataku kosong
hanya memandang angin
lalu.
Tanpa kamu di sampingku
telapak tanganku
kosong
hanya menggenggam
angin lalu.
Tanpa kamu di hatiku
hidupku kosong
hanya menunggu angin
lalu.
========================================================================
Cinta di Luar Batas
Aku mencintaimu melebihi segala batas
tak cukup daratan
berbatas pantai
Cintaku luap
samudera. Luas membentang permadani biru
Gelombang dengan
gairah ekstra, O indahnya gemuruh
tempat kita layarkan
kenangan demi kenangan.
Seluruh rindumu
kutampung dalam teluk
pelukanku, dalam liuk
lengan-lengan ombak, arus sajakku
yang sejuk
membimbingmu ke laguna: sukmaku.
Aku mencintaimu melampaui matahari
bukan cakrawala berbatas
senja temaram
Cintaku doa pagi dan
di langit malam
mengerjap sebagai
bintangbintang. Adalah jejakjejak galaksi
berarak di angkasa,
berkilap dalam munajatku.
Lembut ombak
memainkan butirbutir cahaya
pada pantulan bulan
di matamu. Aku di situ
berlayar tak kenal
waktu.
Cintaku melampaui bunyi dan sunyi
ketika hujan berhenti
dan sisakan dencing tetes akhir
aku genangan yang
diamdiam menghilang lalu
mengalir sebagai
sungai deras di hatimu.
Mengisi urat nadimu
dengan denyut jantungku
Menulisi dadamu
dengan goresan rindu dan asmara.
Walau tak selalu
bicara
aku sarat aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar